12.37
Sesekali kebetulan aku ikut pamanku berlayar mencari ikan dengan kapal besar mengarungi samudra. Tapi peristiwa ini baru aku alami sekitar 3 tahun yang lalu...sebuah peristiwa yang pada akhirnya mampu mengubah pandanganku tentang arti hidup yang sesungguhnya.”
“Kebetulan saat itu memang aku baru mengalami banyak masalah, mulai dari urusan kantor yang rumit hingga boss berkali-kali akan memutasi diriku ke bagian gudang, hingga urusan jodoh yang belum juga kudapat meski umurku sudah menginjak kepala 3. Ruwet banget rasanya. Makanya ketika paman mengajakku berlayar, aku langsung sanggupi!
“Lumayan buat referesing...” gumanku menghibur diri, daripada pergi ke night club bareng teman-teman kantor.
Akhirnya aku pun mengambil cuti dan balik ke Pekalongan, ikut berlayar bareng paman di perairan pantai Utara.
Singkat cerita, perjalanan kami kali ini terbilang lancar. Cuaca tenang dan sedikit demi sedikit, ikan pun mulai terjaring. Senang sekali rasanya melihat kesibukan ABK menangkap ikan dan menaruhnya di bak penampungan.
Namun makin hari, anehnya mulai sedikit tangkapan yang kami dapat. Bahkan pada hari ke 5, cuaca tiba-tiba gelap, petir menyambar-nyambar dan ombak besar pun datang bergulung-gulung. Aneh sekali, padahal harusnya musim ini tak ada ombak besar!! Makin lama, kapal mulai berguncang hebat. Tak ada yang bisa kami lakukan selain pasrah dan ketakutan!!!
Namun tiba-tiba, sayup-sayup aku mendengar suara adzan yang makin lama makin nyaring namun merdu, mengalahkan suara petir dan ombak yang besar!! Subhanallah... Badanku gemetar, menggigil..antara bingung dan takjub.
Selang beberapa hari kemudian, saat sampai di darat, aku jatuh sakit. Seperti demam tapi tak kunjung sembuh. Berbagai obat aku pakai tapi tak ada yang mempan juga. Hingga akhirnya ada seorang kawan yang menyarankan aku untuk konsultasi pada Ibu Dewi Rembulan, seorang ahli metafisik dari Yogyakarta.
“Coba saja, Nan..nggak ada salahnya kok, siapa tahu cocok,” kata temanku saat melihatku ragu-ragu. Dan akhirnya kuputuskan untuk datang ke Ibu Dewi. Dari situlah aku mendapat solusi atas semua masalahku. Ibu Dewi banyak menjelaskan dan menerangkan semua fenomena yang aku alami serta menerangkan arti hidup secara ikhlas Tak lupa beliau memberikan Air Spiritual PANCAR AURA (ASPA) yang harus kugunakan sesuai petunjuk beliau. Berkat ASPA inilah, hidupku berubah drastis! Aku yang dulu suka dugem, sekarang malas keluar malam. Sakitku sembuh, karirku di kantorpun lebih cemerlang sekarang. Terima kasih banyak Ibu Dewi yaa.....”
12.34
Sejak kami mulai menikah dulu itulah, kurasakan Mas Yusuf mulai sakit-sakitan. Awalnya nggak terlalu kupikirkan, tapi kok makin kesini sakitnya tambah parah saja.
“Ah enggak kok, itu kan perasaanmu saja. Ini cuman flu aja kok, kecapekan mungkin...” kata Mas Yusuf dengan tenang. Tapi aku merasa nggak yakin dengan kata-katanya tersebut, mengingat aura wajahnya pun terlihat redup dan memucat.
Keadaan itu berlangsung cukup lama. Mas Yusuf kadang terlihat sehat, tapi tak lama kemudian kembali sakit. Apesnya lagi, usaha jual-beli mobil miliknya pun terlihat makin surut. Lebih banyak pengeluaran dibanding pemasukan. Dan makin hari, kondisinya kian memprihatinkan. Banyak karyawan yang terpaksa di PHK karena sepinya order. Padahal dulu, dealer mas Yusuf ini paling besar di kota kami. Aku mulai merasa ada kejanggalan-kejanggalan yang terjadi. Apalagi akhir-akhir ini mas Yusuf sering terbangun di tengah malam karena bermimpi buruk katanya. Ia juga kerap kali terlihat murung dan menyendiri. Setiap kutanya ia jawab baik-baik saja.
Hingga suatu hari, aku menemukan Mas Yusuf terduduk di bawah tempat tidur. Ia seperti sedang sekarat! Yaa Allah, aku menjerit-jerit minta tolong hingga akhirnya Mas Yusuf dibawa ke RSCM. Tapi anehnya, tak ditemukan tanda-tanda sakit apapun. Beberapa kerabat menyarankan agar aku minta bantuan ‘orang pintar’..tapi tak satupun yang berhasil, sampai salah seorang tetangga kami menyarankan datang pada Ibu Dewi Rembulan.
Dengan daya linuwih yang beliau miliki, Ibu Dewi Rembulan mengatakan bahwa suami saya terkena kutukan dari kakek moyangnya, dimana menyebutkan bahwa barang siapa keturunan-nya menikah dengan perempuan dari luar Jawa (kebetulan aku berasal dari Padang), akan mengalami celaka. Entah itu mitos atau beneran, tapi yang pasti keluarga besar mas Yusuf sangat percaya dengan hal itu.
“Semua kebaikan datangnya dari Allah SWT, dan jika ada keburukan itu semata-mata ulah syaitan laknatullah..” desis Ibu Dewi pada kami. Dan sebelum pulang, Ibu Dewi menyerah-kan seuntai Tasbih Mujarobat serta petunjuk-nya. Sejak itulah semuanya kembali membaik. Dengan pedoman dari Ibu Dewi Rembulan, kami berdzikir sekuat hati, pasrah pada Illahi. Hasilnya memang luat biasa. Mas Yusuf kembali sehat, bahkan kok terlihat lebih muda, segar dan berwibawa gitu yaa... Ia juga jadi lebih rajin ibadahnya, shalat malam, buka bersama bareng orang-orang yang nggak mampu, dll. Alhamdulillah dealer kami pun kembali moncer.”
12.21
Oleh: Kristianty Ernawati
Kami (aku dan suamiku) sebenarnya agak ragu juga saat mulai memasuki rumah yang kami kontrak. Dari luar kesannya modern tapi begitu masuk ke dalam, aura senyap, dingin dan angker sangat terasa sekali. Padahal hawa di luar sangat terik.
“Kok rasanya ada yang aneh ya mas...” kataku pada suamiku, Dito, saat kami pertama kali masuk.
Suamiku sebenarnya juga merasakan hal yang sama, tapi berhubung sewanya murah, akhirnya kami putuskan untuk menyewa setahun dahulu. Kalau memang besok cocok baru kami perpanjang sewanya.
Rumah bercat krem ini terkesan memang kurang terawat. Dengar-dengar terakhir disewa sudah lama, sekitar 8 tahun yang lalu. Sang pemilik, Bpk. Darmawan, seorang duda yang ditinggal mati istrinya 10 tahun yang lalu, akhirnya menyewakan rumahnya tersebut, sementara dia sendiri menempati sebuah ruang di lantai 2 dengan akses masuk yang terpisah dengan rumah yang kami kontrak. Jadi meskipun kami serumah (kami di lantai 1, Bpk. Darmawan di lantai 2) tapi kami jarang sekali bertemu beliau, karena memang tangga masuk ke lantai 2 terletak di belakang rumah dan terpisah dengan lantai 1.
Sebenarnya kami belum lama menikah. Aku dan mas Dito memutuskan kontrak rumah sementara karena dia harus menyelesaikan kuliah S2-nya disini. Dan aku memilih bekerja sebagai ibu rumah tangga sembari menulis buku untuk kukirimkan pada beberapa penerbit yang telah aku kenal. Yah hitung-hitung untuk menambah pengalaman dan membantu pemasukan keluarga.
Memasuki bulan 4 kami disini baru kami mulai merasakan ada beberapa kejadian aneh. Saat itu mas Dito rencananya pulang malam karena ada janjian kumpul-kumpul dengan teman satu almameternya. Jam di dinding menunjukkan pukul 21.15 malam. Malam agak hujan, jadi jalanan depan rumah pun terasa sepi. Sembari menunggu mas Dito pulang, aku membuka laptop dan mencoba untuk meneruskan menulis novel ringan pesanan penerbit di Surabaya. Baru beberapa menit mulai mengetik, entah mengapa tiba-tiba aku merasa merinding. “Subhanallah....” gumanku sembari menyeka lengan dan kudukku yang tiba-tiba berdiri. Sayup-sayup aku mendengar suara tangisan seorang bayi. Makin lama suaranya kudengar makin jelas.
“Eh, bayi siapa itu...?” gumanku kebingungan. Kucoba untuk mencari sumber suara itu, tapi gagal. Suaranya selalu berpindah-pindah arah. Bau wangi melati terasa mengusik hidungku. Tiba-tiba....”TOK-TOK-TOK-TOK...!!! Jantungku serasa mau copot!!! Ada yang mengetuk pintu. Aku berlari ke arah pintu karena mengira mas Dito yang datang. Ternyata saat kubuka, tak ada siapa-siapa! Hanya kegelapan dan sepi yang menyergapku. Aku sempat bengong ketika tiba-tiba ada sekelebat sinar merah melayang, melesat tepat di hadapanku. Badanku menggigil ketakutan dan menghambur ke dalam rumah. Kutelepon mas Dito dan menyuruhnya untuk cepat-cepat pulang.
“Udaaaah nggak usah dipikirin, mungkin itu hanya perasaanmu saja..” kata mas Dito sambil tersenyum saat kuceritakan apa yang barusan kualami.
Tapi ternyata kejadian tersebut kembali berulang di hari-hari berikutnya. Kali ini, saat ada mas Dito di rumah, jadi dia akhirnya perca-ya kalau ada yang tidak beres di rumah ini.
Kecemasan kami makin meningkat saat ada tetangga yang menceritakan keanehan rumah ini beserta perilaku pemiliknya, yang tak lain adalah Bpk. Darmawan. Beliau dikenal jarang bergaul, penyendiri, dan suka pada dunia mistis. Bahkan dari beberapa kejadian, orang yang menyewa rumah ini kehilangan bayinya saat masih dalam kandungan.
“
Ya Allah maaas...jangan-jangan ntar bayi kita juga hilang..” jeritku sambil mengelus perut. Baru saja kemaren dokter bilang kalau aku hamil, sekarang dapat cerita horor begini, kataku ngeri.
Untunglah ada saudara yang menyaran-kan kami untuk konsultasi dengan Ibu Dewi Rembulan. Saudaraku pernah mengalami hal yang sama dan berakhir dengan baik berkat bantuan Ibu Dewi.
Dan memang, bantuan Ibu Dewi sangat terasa membantu keadaan kami. Hati kami terasa tenang, tidak takut lagi. Sesuai wejang-an Ibu Dewi, kami pasrahkan semuanya pada Allah SWT. Tiap malam kami bermunajat pada-Nya memohon pertolongan, berderai air mata seraya berdzikir dengan Tasbih Mujarobat sesuai petunjuk Ibu Dewi Rembulan.
Dan tak lama, terbukalah semuanya. Ternyata Bpk. Darmawan memang sering melakukan ritual sesat, bersekutu dengan para arwah leluhurnya. Ini kami ketahui setelah suatu hari kami mencium bau yang sangat busuk dari lantai 2. Setelah dicari, ternyata Pak Darmawan telah meninggal beberapa minggu yang lalu. Di kamarnya banyak alat-alat ritual dan sesaji yang mengerikan. Alhamdulillah, kami diberi pertolongan oleh Allah SWT, dijauhkan dari kejahatan yang keji hingga anak kami lahir dengan sehat wal afiat.